NAMA: Aldian ismantoro
KELAS: 1PA13
NPM: 10513611
LEGENDA WEREWOLF
LEGENDA
WEREWOLF
Kisah binatang jadi-jadian yang banyak
terdengar dalam budaya masyarakat
Kita ternyata juga terdapat di belahan
lain bumi bahkan ada tokoh terkenal
Di dunia yang mengakui keberadaan
mereka seperti Abraham lincoln dia
Adalah tokoh yang sangat terkenal di
seluruh negara bahkan negaranya sendiri
Dia adalah Presiden negara adidaya
Amerika Serikat, di dalam buku catatan
Hariannya ada sebuah kisah kisah
menakjubkan di luar akal sehat manusia
Seperti adanya manusia penghisap darah
yang hidupnya kekal disebut dengan Vampire
Dan ada pula manusia yang akan berubah
menjadi Serigala jadi-jadian
setiap bulan purnama yaitu WereWolf.
Disini saya akan membahas tentang
Legenda werewolf/manusia serigala
Pertama-tama saya akan membahas awal
mula terjadinya kutukan werewolf ini
Herodotus sejarawan yunani abad ke 5
sebelum masehi mengatakan pada
2.400 tahun lalu penduduk di daerah
yang sekarang bernama lithuania dan polandia
Mengaku berubah menjadi manusia
serigala selema beberapa hari dalam setahun
Masa itu manusia serigala adalah ras
terkuat yang memangsa manusia lainnya
Melalui sihir mereka berubah menjadi
serigala hitam untuk memudahkan mewujudkan
Niatannya, sekali berubah akan terus
menyimpan kekuatan dan kelicikan serigala
Sebagian tradisi Roma dan Yunani menganggap manusia
berubah jadi serigala sebagai hukuman dewa, karena ia telah mempersembahkan
korban berupa manusia, ujar Pliny (61 – 113).
Meski baru abad XVIII kisah tentang manusia serigala
diterbitkan, bukan berarti orang berkurang minat terhadap manusia serigala.
Justru kepercayaan itu demikian kuat, bahkan sering diterima sebagai kebenaran,
bukan fiksi.
Menurut kepercayaan lama ada tiga macam manusia
serigala. Pertama, yang memperolah kemampuan itu melalui keturunan. Konon,
kutukan terhadap nenek moyang menjadikan setiap keturunannya menjadi manusia
serigala. Kedua, orang yang dengan sukarela jadi serigala dengan alasan dan
tujuan jahat. Sedangkan yang terakhir adalah manusia serigala berhati lembut
dan baik. Kondisinya yang tidak lazim, malah membuatnya merasa malu.
Sebenarnya, transformasi sering dilakukan oleh
dukun-dukun suku tertentu dengan tujuan baik untuk mengatasi masalah di
kelompoknya. Saat langka makanan, misalnya, si dukun bisa saja berubah ujud
menjadi binatang jadi-jadian serupa makhluk yang akan diburu, supaya lebih
mudah melacak buruan itu.
Ada juga yang tidak berubah ujud tetapi meminjam
tubuh binatang untuk memata-matai, menyantet, atau sekadar menakut-nakuti
musuh.
Berjubah
kulit serigala
Kasus manusia serigala yang mencolok terjadi di Prancis, awal abad XVII. Adalah Jean Grenier (13) yang merasa yakin dirinya manusia serigala. Di pengadilan Bordeaux, Grenier mengaku, 2 tahun sebelumnya membuat perjanjian dengan setan di hutan. Dengan kulit serigala yang menurut pengakuannya pemberian setan, tiap malam ia bisa berkeliaran sebagai serigala, namun di siang hari kembali ke bentuk manusia. Ia telah membunuh dan memangsa beberapa anak kecil yang sendirian di ladang, juga menculik bayi yang ditinggal di rumah.
Kasus manusia serigala yang mencolok terjadi di Prancis, awal abad XVII. Adalah Jean Grenier (13) yang merasa yakin dirinya manusia serigala. Di pengadilan Bordeaux, Grenier mengaku, 2 tahun sebelumnya membuat perjanjian dengan setan di hutan. Dengan kulit serigala yang menurut pengakuannya pemberian setan, tiap malam ia bisa berkeliaran sebagai serigala, namun di siang hari kembali ke bentuk manusia. Ia telah membunuh dan memangsa beberapa anak kecil yang sendirian di ladang, juga menculik bayi yang ditinggal di rumah.
Sejauh menyangkut perilaku kanibalisme, penyelidikan
menunjukkan kebenaran pengakuannya. Namun dari sudut kedokteran, remaja ini
digolongkan penderita lycanthropy. Kelainan jiwa ini menyebabkannya berkhayal
tubuhnya berubah bentuk menjadi hewan. Menilik usianya yang masih belia,
Grenier cuma dihukum kurungan seumur hidup di Biara Fransiskan, Bordeaux.
Perubahan Grenier dengan menyamar di bawah kulit
serigala serupa dengan cara transformasi manusia beruang di Skandinavia yang
menggunakan kulit beruang. Selain kulit binatang, konon ada alat lain, yaitu
korset. Ada yang terbuat dari kulit asli binatang, ada yang dari kulit manusia
yang dihukum gantung. Dua alat itu banyak dipakai di Prancis, Jerman,
Skandinavia, dan beberapa negara Eropa Timur. “Benda sakti” lainnya adalah
salep khusus berisi ramuan dari kelompok tanaman solanaceae yang membangkitkan
halusinasi.
Selain itu ada lagi alat dan cara untuk
bertransformasi yang berupa jimat, ramuan, dan mantera pemujaan pada iblis.
Khusus pemakaian jimat, justru orang di sekitar si pemakai yang terpengaruh
seakan melihat manusia serigala, padahal si pelaku tidak berubah. Di luar saat
bulan purnama, perubahan sering terjadi spontan dan lepas dari kendali
pelakunya.
Penampilan si pelaku yang menakutkan, tindak
kejahatannya yang mengerikan, dan terutama karena kengerian terhadap kekuatan
setan, membuat manusia serigala jadi obyek yang harus diburu dan dimusnahkan.
Penghukuman terhadap mereka terjadi di hampir sepanjang sejarah di Eropa. Malah
pelaku kejahatan apa pun dengan mudahnya dapat dijuluki manusia serigala.
Pembunuhan massal sering disebut akibat kejahatan
serigala. Seperti yang menimpa Peter Stubbe di tahun 1590 (ada yang menyebut
Peter Stump di tahun 1589) dari Bedburg, dekat Cologne. Ia dituduh sebagai
serigala yang kanibal setidaknya pada 2 pria, 2 wanita hamil, dan 13
kanak-kanak, dan inses dengan adik perempuannya.
Hukuman yang diterimanya luar biasa. Setelah
dicabik-cabik dengan penjepit, dilindas roda, dipancung, akhirnya tubuh tanpa
kepala itu dibakar. Hukuman bakar hidup-hidup juga diberlakukan untuk gundik
dan anak perempuannya.
Di Prancis dan Jerman, manusia serigala biasanya
memang dibakar atau digantung. Seperti yang terjadi terhadap lebih dari 200
laki-laki dan perempuan Pirenea (antara Prancis dan Spanyol) di seputar abad XVI,
karena diduga manusia serigala.
Menurut Elton B. McNeil dalam The Psychoses (1970),
demam berburu manusia serigala bisa disamakan dengan perburuan terhadap
penyihir. Secara kejiwaan mereka yakin, orang akan diberkati bila mampu
menangkap pelayan atau sekutu iblis.
Tak heran, saat itu di Prancis banyak ditemukan
manusia serigala kagetan. Dalam satu periode – antara 1520 – 1630 – di Prancis
tercatat 30.000 kasus manusia serigala.
Ada beberapa patokan untuk menentukan apakah seekor
serigala jadi-jadian atau tidak. Konon, manusia serigala akan mempertahankan
suara dan mata manusianya. Sedangkan menurut suku Indian, yang berubah jadi
serigala hanya bagian kepala, tangan, dan kaki.
Dalam ujud manusia, ada beberapa ciri khas yang
membedakannya dengan manusia biasa. Dua ujung alisnya saling bertemu di tengah,
jari-jari tangannya yang panjang agak kemerahan, dengan jari tengah yang sangat
panjang. Selain telinganya agak ke bawah dan sedikit ke belakang, tangan dan
kakinya cenderung berbulu lebat.
Rasa takut terhadap manusia serigala lebih mudah
dipahami dengan mengetahui alasan takut terhadap serigala. Sebelum abad XX di
Eropa dan Asia Utara, serigala dianggap binatang paling cerdik yang berbahaya
bagi manusia dan ternak. Apalagi bila serigala itu gila. Cukup sekali gigit
korbannya bisa tewas mengerikan. Sampai-sampai ada institusi pemerintah Prancis
yang khusus mengontrol serigala, paling tidak sejak pemerintahan Charlemagne
(768 – 814), hingga abad ini.
Di Eropa pada abad pertengahan, serigala terkadang
digantung bersebelahan dengan pelaku kejahatan di tiang gantungan, sebagai
simbol ditaklukkannya kejahatan. Serigala pernah jadi masalah serius Irlandia
abad XVII, sehingga sepotong kepala serigala sama nilai hadiahnya dengan kepala
pemberontak.
Hanya
halusinasi
Ada pendapat, manusia serigala timbul akibat halusinasi. Antara lain, pengaruh racun ergot yang dihasilkan oleh jamur Claviceps purpurea pada gandum. Ergot mengandung bahan serupa materi mentah untuk membuat LSD.
Ada pendapat, manusia serigala timbul akibat halusinasi. Antara lain, pengaruh racun ergot yang dihasilkan oleh jamur Claviceps purpurea pada gandum. Ergot mengandung bahan serupa materi mentah untuk membuat LSD.
Halusinasi akibat ergot banyak terjadi di Eropa pada
abad pertengahan. Itu tak lain karena masyarakat kebanyakan hanya bisa
mengkonsumsi biji gandum yang terkontaminasi, sementara gandum bersih disimpan
hanya untuk bangsawan. Maka, tanpa pengalaman atau ilmu sihir, bila memakan
biji-bijian itu orang bisa merasa jadi katak atau serigala.
Satu kisah tragis terjadi tahun 1951 di Pont St
Esprit di Rhone Valley, dengan korban keracunan ergot +300 orang. Lima orang
mati, sedangkan kebanyakan cacat seumur hidup. Mereka yang cacat mengaku, telah
mengalami halusinasi mengerikan. Ada pria yang merasa seolah-olah otaknya
dilahap segerombolan ular merah. Ada pula yang sanggup membebaskan diri dari
jaket pengikat orang gila sampai 7x, rontok giginya karena menggigit putus tali
pengikat dari kulit yang membelenggunya, dan mampu membengkokkan dua batang
teralis besi di jendela rumah sakit! Alasannya, pria itu merasa dikejar-kejar
harimau.
Pendapat lain menduga manusia serigala adalah akibat
persepsi keliru terhadap penyakit keturunan congenital porphyria. Menurut dr. Lee
Illis dari Guy Hospital, London, pengidapnya amat tak tahan terhadap cahaya
(karena itu mereka hanya bisa keluar malam hari), giginya berwarna merah atau
coklat kemerahan, dan menunjukkan gejala gangguan jiwa (dari histeris ringan
hingga depresi maniak). Borok lambat laun mengubah bentuk tangan mereka menjadi
serupa cakar.
Namun, pendapat ini disanggah cendekiawan Almotarus,
yang menjelaskan manusia serigala dalam bentuk manusia memiliki ciri khusus
berupa mata cekung dan kering, serta kulit pucat. Selain itu luka pada kulit
penderita jauh berbeda dengan kulit serigala.
Roh
jahat dalam perjalanan astral
Pemahaman terhadap manusia serigala memasuki era baru menyusul keputusan terhadap Jean Grenier. Hakim-hakim di masa itu tidak mungkin lagi mengabaikan “koor” pendapat para dokter, yang yakin manusia serigala sebenarnya adalah penderita berbagai jenis dan tingkatan gangguan jiwa. Meski dokter Alfonso Ponce de Santa dari Spanyol masih menyebutnya sebagai gejala kemurungan jiwa akibat cairan tertentu yang dihasilkan empedu, yang diduganya telah menyerang otak.
Pemahaman terhadap manusia serigala memasuki era baru menyusul keputusan terhadap Jean Grenier. Hakim-hakim di masa itu tidak mungkin lagi mengabaikan “koor” pendapat para dokter, yang yakin manusia serigala sebenarnya adalah penderita berbagai jenis dan tingkatan gangguan jiwa. Meski dokter Alfonso Ponce de Santa dari Spanyol masih menyebutnya sebagai gejala kemurungan jiwa akibat cairan tertentu yang dihasilkan empedu, yang diduganya telah menyerang otak.
Maka dibedakan antara makhluk mitos manusia serigala
dan penderita kejiwaan (lycanthrope).
Lycanthropy berakar dari kata Yunani lycos artinya
serigala dan anthropos atau manusia. Meski ada yang menyebut secara berbeda.
Robert Burton dalam buku pengobatan klasik The Anatomy of Melancholy (1621)
misalnya, menggunakan istilah kegilaan terhadap serigala.
Mula-mula lycanthrope dipakai untuk menggambarkan
fenomena kuno berupa kemampuan orang bermetamorfosis jadi binatang. Namun
lama-lama istilah itu diaplikasikan khusus untuk orang yang di alam subnormal
yakin mampu berubah bentuk. Keyakinan itu dikuatkan dengan dorongan bersikap
sadis dan obsesi terhadap darah dan daging yang terus bertahan dari waktu ke
waktu di berbagai tempat – bahkan di negara beradab. Selera terhadap daging
manusia itulah yang mengubah manusia menjadi monster. Namun secara nyata
penderita lycanthrope tidak pernah berubah bentuk, suara, dan perilaku menjadi
serigala.
Mengenai penampilannya yang tetap manusia, pada abad
XV – XVI penderita lycanthrope berkilah, bahwa bulu-bulu mereka tumbuh di bawah
kulit. Seperti yang terjadi di Padua, Spanyol, tahun 1541, ketika seorang
petani dengan keji membunuh dan mengoyak-ngoyak tubuh beberapa orang korbannya.
Saat tertangkap, ia mengaku sebagai serigala meski secara fisik tidak berujud
binatang. Itu tak lain karena bulu-bulunya tersembunyi di bawah, bukan di atas,
kulit. Untuk membuktikan ucapannya, penduduk segera memotong lengan dan
kakinya. Alhasil, kecewa yang didapat, yang ada cuma darah, otot, dan tulang
biasa.
Malah dalam buku klasik tentang sadisme, masokisme,
dan lycanthropy Man into Wolf, antropolog Inggris Dr. Robert Eisler menyebut
kemungkinan Adolf Hitler sebagai penderita lycanthropy. Ia merujuk pada
kesaksian bagaimana sang Fuhrer memiliki kebiasaan menggigit karpet saat
mengamuk.
Sedangkan manusia serigala adalah orang yang dengan
kekuatan sihir atau mantera khusus dipercaya mampu mengubah diri menjadi
serigala. Ia benar-benar serupa serigala baik keganasan, kekuatan, kelicikan,
dan kecepatan larinya. Ia bisa bertahan dalam kondisi itu selama beberapa jam
saja atau bahkan permanen.
Pendapat
yang menguatkan keberadaan manusia serigala didukung oleh spiritualis Rose
Gladden dengan dasar pemikiran perjalanan astral. “Katakanlah ada orang yang
pada dasarnya jahat, suka dengan hal-hal yang mengerikan. Saat ia melakukan
perjalanan astral, roh jahat yang banyak berkeliaran bebas di udara akan
menangkap, mengubahnya menjadi serigala atau binatang lainnya, dan
memanfaatkannya untuk tujuan keji.”
Dorongan bebas nilai
Lain lagi pendapat paranormal terkemuka Prancis pada abad XIX Eliphas Levi, bahwa proses transformasi itu adalah suatu manifestasi simpati manusia terhadap naluri kebinatangannya. Menurutnya, manusia serigala tidak lebih dari tubuh nonfisik dan naluri ganas berbentuk serigala.
Dorongan bebas nilai
Lain lagi pendapat paranormal terkemuka Prancis pada abad XIX Eliphas Levi, bahwa proses transformasi itu adalah suatu manifestasi simpati manusia terhadap naluri kebinatangannya. Menurutnya, manusia serigala tidak lebih dari tubuh nonfisik dan naluri ganas berbentuk serigala.
Senada dengan itu, John Godwin, penulis Unsolved:
The World of the Unknown, lebih menyoroti dorongan dalam diri manusia. Jujur
saja, sebenarnya manusia memiliki sifat buruk serupa serigala yang selama ini
ditekan untuk tidak muncul. “Dengan berubah, mereka bebas dari ujud fisik
manusianya yang mengalangi mewujudkan dorongan dan keinginan kuat tanpa perlu
merasa bersalah atau takut. Dalam ujud binatang, tidak ada lagi tabu yang harus
dijaga. Karena binatang memang tidak mengenal tabu.”
Sedangkan James VI dari Skotlandia dalam
Daemonologie (1597), melihat penyebabnya adalah segunung masalah yang dihadapi
manusia mulai dari bencana alam dan cuaca buruk, gagal panen, serangan hama,
dan kejahatan yang meningkat. Semua itu perlu seseorang atau sesuatu untuk
disalahkan. Gampangnya, serigala dijadikan kambing hitam. Selain itu adalah
ketidaksiapan penduduk untuk melepaskan kepercayaan atas makhluk sejenis itu
membuat manusia serigala terus eksis dalam waktu lama.
Richard Carrington, penulis Mermaids and Mastodon
menyamakan alasan di balik kepercayaan akan manusia serigala dengan kepercayaan
primitif, bahwa monster sebenarnya bentuk yang diciptakan manusia sendiri,
untuk mengkompensasikan posisinya sendiri yang demikian kecil di alam semesta.
Saat peradaban makin maju, mitos binatang menakutkan
pun lenyap. Contohnya, suku Indian Sioux di Dakota Utara, AS, yang dulu percaya
akan adanya binatang pemangsa manusia. Tapi, keturunannya di abad ini melupakan
mitos itu. Menurut mereka, takhayul itu lahir akibat rasa takut terhadap
mastodon yang berkeliaran di dataran Dakota.
Pendapat manusia serigala hanya takhayul belum
mencapai kata putus. Jika benar itu sekadar ciptaan manusia, mengapa kisah itu
bertahan sekian lama? Apa pula yahg membuat ilmuwan demikian getol berkutat
memecahkannya?
DAFTAR PUSTAKA
Ø www.medisato.com/id/hipertrikosis-gejala/