NAMA: ALDIAN ISMANTORO
NPM: 10513611
KELAS: 2PA14
PENYESUAIAN DIRI
Manusia sejatinya dilahirkan akan berhadapan
dengan lingkungan yang membuatnya harus bisa dapat menyesuaikan diri, manusia
pada awalnya melakukan penyesuaian fisiologis tetapi dengan seiringnya
berkembangnya manusia, manusia tidak hanya harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan saja atau fisiologisnya saja tapi harus bisa menyesuaikan diri
secara psikologis.
Penyesuain diri dalam bahasa aslinya dikenal
dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat
bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai
bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha
penguasaan (mastery) .
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama
dengan adaptasi ( adaptation ), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih
mengarah kepada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Misalnya, seseorang yang terbiasa dengan lingkungan yang sepi seperti di
perkampungan dan udara yang sejuk terus pindah ke tempat ramai seperti
perkotaan dengan udara yang panas maka seseorang harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan barunya.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama
dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan
penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain. Dengan
memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana
individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu
menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial,
maupun emosional.
Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah
mudah. Hal ini karena didalam kehidupannya manusia terus dihadapkan pada
pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian
diri ini merupakan suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia.
Manusia diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan
sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru
yang dihadapi (Hurlock,1980).
Manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan
baik (good adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang
matang, efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang dimaksud dengan respon
yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan harapan tanpa membuang
banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah
respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya
dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia yang dapat
menyesuaikan diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh dari
penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang mengalami
kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami maladjustment yang ditandai
dengan penyimpangan atau perilaku yang menyimpang yang tidak berlaku di
lingkungan tersebut.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada penyesuaian diri ada dua aspek yaitu:
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial seperti yang akan di jelaskan di
bawah ini.
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu
untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara
dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Pada penyesuain ini seseorang menyadari
siapa dirinya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif
sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi
ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau
tanggungjawab, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan
kejiwaannya ditandai dengan adanya perasaan yang tenang tidak adanya
kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak
puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi
ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan
terhadap nasib yang dialaminya dan dapat berdampak negative atau perilaku yang
menyimpang.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap iindividu hidup di dalam lingkup
sosial. Di dalam lingkup sosial (masyarakat) terjadi proses saling
mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu
pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan
nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi
persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi
sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial
terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi
dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau
masyarakat luas secara umum.
Apa yang diserap atau dipelajari individu
dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk
menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai
penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus
dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi
norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Dalam proses penyesuaian
sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan
tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial
pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua penyesuaian di atas adalah dasar agar
indvidu dapat menyesuaikan diri dengan baik tanpa adanya perilaku penyimpangan
yang tidak sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang terdapat di suatu
lingkungan tersebut.
PENGERTIAN PERTUMBUHAN PERSONAL
Manusia merupakan makhluk individu.
Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau
menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau
seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai
kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial
tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan
tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang
panjang.
Setiap individu pasti akan mengalami
pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang
sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat
mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah
kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap
keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma
tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan
hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun
terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi
pertumbuhan individu.
Setiap individu memiliki naluri yang secara
tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya
apakah hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di
dalam masyarakat yang memiliki suatu norma-norma yang berlaku maka
ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam
kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak
disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan
mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak
disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di
lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi
yang cuek.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan individu
Faktor genetik
Ø
Faktor keturunan — masa
konsepsi
Ø
Bersifat
tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
Ø
Menentukan
beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata,
pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan beberapa keunikan psikologis seperti
temperamen
Ø
Potensi genetik yang
bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga
diperoleh hasil akhir yang optimal.
Faktor eksternal / lingkungan
Ø
Mempengaruhi
individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat
menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan
Ø
Faktor
eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan
yang kurang baik akan menghambatnya
Dari semua faktor-faktor di atas dan
pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan
memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka
terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan
sekitar.
Arti Penting Stress
Kita semua pernah mengalami stress.Tetapi
sebenarnya stress tidak selalu jelek.Stress dalam tingkat yang sedang itu perlu
untuk menghasilkan kewaspadaan dan minat pada tugas yang ada , dan membantu
orang melakukan penyesuaian.Sistem syaraf juga memerlukan rangsangan agar bisa
tetap terlatih dan selanjutnya bisa berfungsi dengan baik.Secara umum yang
dimaksud dengan stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan
tekanan , perubahan , ketegangan emosi , dan lain-lain.Menurut Lazarus
1999(dalam Rod Plotnik 2005:481) “Stres adalah rasa cemas atau terancam yang
timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai
melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai”.
Stress berbeda dengan stresor . Stresor
adalah sesuatu yang menyebabkan stres.Stres itu sendiri adalah akibat dari
interaksi timbal balik antara rangsangan lingkungan dan respons individu.
Efek-efek stress menurut Hans Selye
Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset
terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local Adaptation Syndrome
(LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
o
Local
Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat
terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan
luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
- Respon
yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
- Respon
bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya
- Respon
bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
- Respon
bersifat restorative.
Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui
dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini :
- Respon
inflamasi
respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan
infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga
penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung
cepat.
- Respon
refleks nyeri
respon ini merupakan respon adaptif yang
bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki
ketika bersentuhan dengan benda tajam.
o
General
Adaptation Syndrom (GAS)
GAS merupakan respon fisiologis dari seluruh
tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf
otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan
Sistem Neuroendokrin.
- Fase
Alarm (Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan
dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or
flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran
darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan
ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut
nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme
pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya
volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya
dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan
energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin
mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot.
Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan
individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa
berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu
akan masuk ke dalam fase resistensi.
- Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme
penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh
berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan
tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi gejala
stress menurun àatau normal, tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut
jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi
terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak.
Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS
yaitu : Fase kehabisan tenaga.
- Fase
Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum
dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul
gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan
mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi
diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau
habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh
untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada
kematian individu tersbut.
Faktor-faktor individual dan sosial yang
menjadi penyebab stres
Stress merupakan salah satu gejala yang memiliki
faktor-faktor penyebab,dan akan diuraikan secara singkat faktor individual
& sosial yang menjadi penyebab stress dibawah ini.
a. Faktor
sosial
Selain peristiwa penting, ternyata tugas
rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan
dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam
menghadapi stres.Dukungan sosial mencakup : Dukungan emosional, seperti rasa
dikasihi; dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa; dan dukungan informasi,
misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
b. Faktor
Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam
lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan
mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia
harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu
(predictability).
Tipe-tipe stress
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress
psikologis yaitu:
a)
Frustasi
Muncul karena adanya kegagalan saat ingin
mencapai suatu tujuan.Frustasi adaa yang bersifat intrinsik (cacat badan dan
kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan,bencana
alam,kematian,pengangguran,perselingkuhan,dll)
b)
Konflik
Ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua
atau lebih macam keinginan,kebutuhan atau tujuan.Bentuk konflik digolongkan
menjadi tiga bagian yaitu approach-approach conflict,approach-avoidant
conflict,avoidant-avoidant conflict.
c)
Tekanan
Tekanan timbul dalam kehidupan sehari-hari
dan dapat berasal dalam diri individu.Tekanan juga dapat berasal dari luar diri
individu/
d)
Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi individu
merasakan kekhawatiran,kegelisahan,ketegangan,dan rasa tidak nyaman yang tidak
terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.
Pendekatan Problem Solving Terhadap Stress
Salah satu cara dalam menangani stres yaitu
menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian
tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini
menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback.
Melakukan sugesti untuk diri sendiri, juga
dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri.
Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah
dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada Tuhan).
DAFTAR PUSTAKA
Wexley, Kenneth N. & Gary A. Yukl,
Organizational Behavior and Personnel Psychology, Richard D. Irwin Inc., 1977
Yusuf,S. (2004). Psikologi perkembangan
anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Smeltzer bare, 2002, Buku Ajar keperawatan
Medikal Bedah Brunner & studdarth edisi 8 , EGC, Jakarta.
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum.
Jakarta: Universitas Gunadarma
Lur Rochman, Kholil.(2010). Kesehatan
Mental.Purwokerto: STAIN press.